HALSEL, OT - Desakan sejumlah mahasiswa dan sebagian warga Desa Tawa Kecamatan Kasiruta Timur yang meminta Kepala Desa (Kades) setempat mundur dari jabatannya, ditanggapi dingin oleh Bahtiar Hi Hakim selaku Kades Tawa.
Saat ditemui indotimur.com, Bahtiar menyebut, dalam sebuah demokrasi, harus ada dinamika, sehingga apa yang terjadi di Desa Tawa merupakan dinamika demokrasi, "mungkin pula sebagai bukti desa Tawa sudah maju dan sudah banyak yang bependidikan tinggi, insyah Allah ada jalan keluarnya," kata Bahtiar menanggapi desakan warganya.
Dia mengaku, apa yang dituduhkan sebagian masyarakat dan mahasiswa Desa Tawa, tidak beralasan, "jika saya dituduh menyalahgunakan anggaran DD 2017 hingga 2019 itu tidak benar, karena selama tahun-tahun itu semua kegiatan dilakukan dengan baik dan sudah ada hasil audit inspektorat, dan tidak masalah, hanya dalam bentuk pembinaan," uku Bahtiar yang akrab disapa Tiar.
Menurutnya, dengan adanya DD, banyak kegiatan yang dilakukan, seperti infrastruktur desa berupa talud, pagar, jalan , kantor desa, lampu penerangan jalan, sanitasi, memberikan beasiswa kepada mahasiswa dan masih banyak lagi.
Dia juga memastikan, seluruh kegiatan tersebut melibatkan masyarakat bahkan masyarakat berperan aktif dengan turut berpartisipasi.
"Banyak kegiatan yang kita lakukan dengan sumber anggaran DD dan Alhamdulillah tidak bemasalah dengan hasil audit inspektorat selama ini, lalu saya dituduh salahgunakan DD, dan dilaporkan ke Kejari, kan' aneh," beber Tiar.
Saat disentil soal aksi mahasiswa di desanya selama ini, Tiar enggan berkomentar banyak. Dia menilai, hal itu terjadi karena memang sampai saat ini di masa covid 19 ini, kampus dan sekolah libur, jadi mahasiswa dan pelajar banyak yang pulang di kampung, jadi mereka melakukan kritik.
"Ya itu wajar-wajar saja, dan fenomena itu bukan hanya di desa saya, banyak juga terjadi di desa-desa lain terutama di Halsel," katanya.
Meski demikian, dia menyesalkan tindakan kurang baik jika aksinya diikuti dengan coret-coret dinding gedung, palang kantor desa, megeluarkan kata-kata kotor terhadapnya. "Karena kalau saya sebagai Kades ya sah-sah saja, tetapi kalau secara pribadi, saya juga punya leluarga anak, istri dan juga punya pendukung dan basis itu yang tolong dimaklumi," ujar Tiar.
"Kalau demo ya demo, tapi masa harus palang kantor coret-ceret dan berkata-kata kotor kan kurang baik," sambungnya.
Sementara itu, terkait desakan untuk mundur dari jabatannya, Tiar menganggap itu desakan yang tidak prosedural dan jika terus didesak maka akan melanggar hukum. "Sebab saya sampai sekarang tidak bermasalah dengan hukum, sehat-sehat, masih tetap menjalankan aktivitas sebagai kades, bahkan membagi BLT di masa covid 19 tidak ada masalah," bebernya.
"Dalam undang-undang, Kades bisa berhenti dalam perjalanan periodesasi jika yang bersangkutan bermasalah dengan hukum, atau berhalangan tetap misalnya sakit, meninggal dunia, tindakan asusila, selama itu tidak terjadi ya tetap menjabat," tambahnya.
Pihaknya menghimbau agar masyarakatnya tetap menjaga tali silaturrahim, membangun persaudraan dan tetap menjaga hubungan kekeluargaan,
"Karena desa Tawa itu istilanya satu keluarga, satu rahim, dan merupakan desa yang masih tetap menjaga adat istiadat, nuansa keagamaan tetap terjaga, jadi saya berharap dan berdoa meskipun dilanda konflik tetapi tetap damai," harap Kades dua periode tersebut.
Sebelumnya, sekelompok mahasiswa dan sebagian kecil masyarakat menggelar aksi unjuk rasa meminta Kades Tawa, Bahtiar Hi Hakim untuk mundur dari jabatannya.
Mereka menilai, Kades yang telah memimpin Desa Tawa selama dua periode itu, melakukan sejumlah pelanggaran hukum, termasuk pemyalah gunaan anggaran yang bersumber dari ADD dan DD.
Aksi protes tersebut, sempat memicu ketegangan di pelabuhan Desa setempat.(iel)