TERNATE, OT– Di penghujung 2025, wajah keamanan di Kota Ternate tampak kontradiktif. Di satu sisi, polisi berhasil mencekik jalur peredaran narkoba dan menyita ribuan liter minuman keras. Namun di sisi lain, jalanan dan ruang-ruang publik di "Kota Rempah" ini justru makin riuh oleh aksi kekerasan fisik dan konflik antarwarga.
Dalam rilis akhir tahun yang digelar di Markas Polres Ternate (31/12/2025), Kapolres AKBP Anita Ratna Yulianto memaparkan data yang cukup menghentak.
Berdasarkan data kata Ajun Komisaris Besar Polisi ini menyebut tren kejahatan konvensional melonjak tajam sebesar 124 persen. Jika pada 2024 tercatat 239 kasus, tahun ini angka itu merangkak naik menjadi 297 perkara. "Dinamika kriminalitas tahun ini memang fluktuatif," ujar AKBP Anita, Rabu (31/12/2025).
Yang mencolok dari data tersebut adalah dominasi kekerasan fisik. Penganiayaan menempati urutan wahid dengan 87 kasus, disusul pengeroyokan 34 kasus. Angka ini kian kelam dengan munculnya kasus kejahatan terhadap anak sebanyak 41 laporan, sebuah sinyal merah bagi ketahanan sosial di Ternate. Tak hanya adu fisik, "perang mulut" pun terekam tinggi lewat 59 kasus penghinaan yang masuk ke meja penyidik.
Namun, di balik kenaikan angka kriminalitas itu, AKBP Anita mengklaim jajarannya bekerja ekstra keras. Seluruh laporan kejahatan konvensional yang masuk tahun ini diklaim terselesaikan (100 persen). Sebuah rasio penyelesaian perkara yang naik 188 persen dibanding tahun lalu.
Jika kekerasan meningkat, kabar baik justru datang dari meja Satuan Reserse Narkoba. Tren penyalahgunaan barang haram ini sedikit melandai menjadi 24 kasus. Meski turun, polisi tak mau kecolongan. Dari tangan para pengedar, aparat menyita 148,89 gram sabu, 2,4 kilogram ganja, serta puluhan gram tembakau sintetis.
Perang melawan "air api" atau minuman keras juga tak kalah sengit. Satuan Samapta Polres Ternate menyapu bersih peredaran miras dengan menyita 20.510 botol dan kantong miras berbagai merek. Nilainya fantastis, mencapai Rp1,19 miliar. Penindakan ini diduga menjadi salah satu kunci mengapa angka kriminalitas tidak meledak lebih liar, mengingat miras kerap menjadi bahan bakar utama pecahnya bentrokan di Ternate.
Potret keamanan juga tergambar di aspal jalan raya. Meski jumlah tilang merosot 56 persen dari 6.746 menjadi 3.810 tindakan hal ini ternyata bukan jaminan keselamatan. Angka kecelakaan lalu lintas justru naik menjadi 18 kejadian yang merenggut 8 nyawa.
Situasi sosial pun tampak lebih panas. Aksi unjuk rasa meningkat drastis hingga 184 persen dengan total 160 aksi sepanjang tahun. Yang paling mengkhawatirkan adalah lonjakan konflik antarkampung (tarkam) yang naik 267 persen dengan 8 kejadian besar.
Pembersihan di dalam tubuh AKBP Anita sadar, untuk menjaga kota, internalnya harus bersih lebih dulu. Sepanjang tahun, delapan personel harus berurusan dengan pelanggaran disiplin dan tujuh lainnya terseret pelanggaran Kode Etik Profesi Polri (KKEP).
Kini, menjelang pergantian tahun, fokus Polres Ternate tercurah pada Operasi Lilin Kie Raha. Di tengah dinamika yang memanas, komitmen kepolisian kembali diuji. "Kami berkomitmen untuk terus bekerja dan bersama masyarakat menjaga Ternate tetap kondusif," tutup Anita.
Ternate mungkin sedang tidak baik-baik saja dalam catatan angka kekerasan, namun upaya penegakan hukum yang agresif memberikan sedikit rasa aman bagi warga yang ingin menutup tahun dengan tenang.(ier)









