Home / Nusantara

Bank Indonesia Perkenalkan Pupuk Organik MA-11 di Maluku Utara

29 April 2019
Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Maluku Utara, Dwi Tugas Waluyanto

TERNATE, OT  Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Maluku Utara di Ternate  bekersama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate dan Pesantren Hidayatullah Kota Ternate memperkenalkan pupuk organik Microba Alfa (MA) - 11, kepada masyarakat Maluku Utara.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Maluku Utara, Dwi Tugas Waluyanto kepada wartawan, termasuk indotimur.com, menjelaskan, Bank Indonesia Perwakilan Malut, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kota Ternate
dan pesantren Hidayatullah, memperkenalkan kenalkan Pupuk Microba Alfa (MA) - 11, kepada masyarakat Malut

Dwi menjelaskan, pupuk Microba Alfa (MA)  -11, adalah pupuk cair sebagai biang yang nanti bisa  diaplikasikan pada seluruh  petani di Maluku Utara khususnya Ternate untuk menggantikan pupuk kimia yang selama ini digunakan.

"Penggunaan pupuk kimia sangat berlebihan di Maluku Utara yang menjadikan  produktifitas petani menjadi sangat rendah, karena tanahnya sudah jenuh jadi dengan pupuk ini kondisi tanah  kandungan haranya itu akan  diperbaiki," kata Dwi.

Menurutnya, menanam apapun, baik sayuran maupun buah, jika kandungan haranya sangat rendah, maka hasilnya akan minim, jadi dengan pupuk ini kondisi tanah akan diperbaiki agar kandungan haranya ditingkatkan.

"Nanti hasilnya petani akan lebih dapatkan keuntungan yang lebih karena tingkat produktifitasnya lebih tinggi tingkat kerontokan lebih rendah," jelas Dwi.seraya menyebut, kwalitas tomat dan cabai akan lebih lama rusak jikaenggunakan pupuk ini.

Dwi menyebut, pupuk Microba Alfa (MA) - 11, yang diperkenalkan, diproduksi di daerah Malut, sehingga ketersediaan ini, tidak bergantung pada daerah lain.

Dia menambahkan, pupuk MA-11 sudah diujicobakan pada beberapa daerah seperti di Halmahera Barat dan Halmahera Utara. Harapannya,  kedepan dapat berkembang di seluruh Maluku Utara aehingga masyarakat lebih sejahtera karena hasilnya lebih bagus, juga masyarakat lebih sehat," tukasnya.

Dwi Waluyanto menambahkan, untuk harga jual, pihaknya masih melakukan kalkulasi sehingga tidak memberatkan petani, "sedang dicari harga yang pas sekitaran 1 botol Rp.50.000,
1 botol akan dicampur dengan air 300 liter.
Jadi ini akan menjadi pemasukan bagi pondok pasantren Hidayatullah karena diproduksi disana  dalam rangka meningkatakan kemandirian pasantren sekaligus menjadi bahan latihan para santri bagaimana menjadi santri yang baik,"tutupnya.(tika)


Reporter: Sartika M. Bodja

BERITA TERKAIT