HALBAR, OT - Belum dibukanya sejumlah tempat wisata di Kabupaten Halmahera Barat, karena status darurat covid-19 diperpanjang hingga akhir Agustus mendatang, berdampak pada pendapatan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) termasuk pedagang produk khas lokal.
Kepala Dinas Pariwisata Halbar, Fenny Kiat mengatakan, pandemi covid-19 yang berkepanjangan, tentu berdampak pada semua faktor tak terkecuali pariwisata dan ekonomi masyarakat.
Untuk itu, Fenny menyarankan, agar pelaku-pelaku UKM di Kabupaten Halbar, khusunya yang bergerak di sektor pariwisata untuk memanfaatkan media daring dalam memasarkan produk lokal.
"UKM terutama pedagang menjual produk untuk memanfaatkan media daring. Misalnya ada pengunjung hendak ke tempat wisata dan ingin menikmati makanan khas dapat langsung memesan secara online dan itu bakal lebih mudah diakses masyarakat," kata Fenny.
Selain terhadap pelaku usaha, Fenny juga berharap pengelola tempat wisata memanfaatkan tekhnologi media sosial untuk mempromosikan produk-produknya kepada wisatawan lokal.
"Kami harap mereka manfaatkan penjualan melalui cara online sehingga wisatawan lokal tidak sempat berkunjung ke lokasi, masih bisa memesan makanan khas yang ingin dinikmati," harapnya.
Dia turut prihatin atas keluhan-keluhan pelaku usaha pariwisata dan objek wisata yang hingga saat ini, terpaksa ditutup karena pandemi, meski kemudian saat ini pemerintah telah mencanangkan adaptasi kehidupan baru atau new notmal.
"Ini karena status darurat yang masih diperpanjang oleh Pemerintah Maluku Utara hingga 29 Agustus 2020, saya juga prihatin dengan kondisi masyarakat.Akan tetapi di lain sisi tentu kami tidak bisa menbrak aturan dari atas. Kalaupun nantinya akses dibuka tentunya wajib memgikuti protokol kesehatan," kata Fenny seraya meminta warga untuk tetap menaati protokol kesehatan.
Terpisah, Kepala Desa Lako Akediri, Samsu Miradji kepada indotimur.com mengaku, pengelola di tempat lokasi wisata pantai Lako Akediri, Kecamatan Sahu, kebanyakan terpaksa banting setir menjadi pengolah tepung sagu.
"Saat ini hampir 50 KK di Desa yang bergantung hidup di kunjungan para wisatawan dilokasi pariwisata. Dimana dengan pembukaan akses pariwisata di tengah penerapan new normal sangat dibutuhkan guna menjawab kebutuhan hidup warga setempat," tandasnya. (deko)