Home / Opini

Transforming Leader Kaum Muda

Oleh : Erwin Umar
29 Januari 2019

Di negara-negara maju dan modern seperti di Amerika dan Eropa telah banyak diskursus publik yang membahas soal pentingnya menghadirkan kepemimpinan transformatif atau transforming leader. Bahkan presiden Amerika Serikat, Bill Clinton sendiri meragukan bahwa kelak dirinya akan dimasukan dalam catatan para sejarawan sebagai transforming leader (pemimpin transformatif). 

Menurut Clinton: Amerika dibawa kepemimpinan dirinya (1992-2000) tidak terlalu menghadapi tantangan yang berarti. Meskipun pada akhir banyak pihak yang mengakui bahwa Clinton punya andil dan konstribusi besar terhadap pembangunan politik bukan hanya dalam negeri tapi juga diluar negeri. 

Di akhir abad 20 memang kita kesulitan mencari figur pemimpin transforming yang bisa menjadi panutan bagi masyarakat dunia. Pasalnya pada era itu sedang terjadi transisi besar-besaran yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet dan Yugoslavia sehingga berdampak pada dinamika politik global. Runtuhnya kedua negara komunis itu menandakan berakhirnya perang ideologi antara barat dan timur. Dan kemenangan pun diraih oleh kapitalisme sebagai cikal bakal lahirnya demokrasi liberal sebagaimana yang ditulis oleh ilmuan besar Amerika berkebangsaan Jepang, Francis Fukuyama dalam bukunya "The End of History and The Last Man".

Kemenangan poros kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika dan sekutunya ternyata membawa dampak positif bagi kemajuan negara-negara di Asia, Eropa maupun Amerika Latin. Globalisasi berkembang dengan sangat cepatnya sehingga semua negara terconecting lewat berbagai jaringan internet yang melahirkan banyak sekali inovasi-inovasi terbaru dalam dunia komunikasi, seperti media massa dan lain sebagainya. 

Derasnya arus informasi dan telekomunikasi membuat masyarakat global seperti berada dalam "global village". Interaksi komunikasi sangat cepat sekali, hampir setiap menit kita disuguhi dengan berbagai informasi yang semakin membuka cakrawala berfikir kita tentang perubahan diluar sana. Keberlimpahan informasi inilah yang mengakibatkan terjadinya kompetisi diantara umat manusia. Tampilnya anak-anak muda diranah profesi adalah konsekuensi positif dari pesatnya perubahan zaman.

Tak terkecuali ranah politik yang saat ini telah menjadi trend global. Munculnya pemimpin-pemimpin muda ditampuk tertinggi kekuasaan dibeberapa negara seperti di Prancis (Emmanuel Macron), Kanada (Justin Trudu), Austria (Sebastian Kurz) dan masih banyak lagi pemimpin-pemimpin muda hebat yang menghabiskan usia mudanya di jabataan-jabatan publik baik pada level menteri maupun kepala daerah menjadi penanda bahwa abad 21 adalah abadnya kaum muda. 

Menggemanya Kepemimpinan Transforming Kepemimpinan transformatif telah menjadi trend global dan telah menjadi virus bagi siapa saja termasuk kaum muda. Terminologi dari kepemimpinan transforming atau transformatif ini sendiri adalah kepemimpinan yang mengandalkan gagasan dan kreatifitas. Basis dari kepemimpinan ini bukan pada kekuatan finansial atau jaringan kekuasaan yang dimiliki oleh kerabat, melainkan sebuah terobosan pemikiran yang genuine dan out of the box (diluar dari pemikiran banyak orang) yang mampu dihadirkan diruang publik. 

Mereka berani menampilkan satu terobosan yang dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat. Kata-katanya seperti magnet yang bisa menghipnotis setiap yang mendengar. Inti dari kepemimpinan ini adalah menghadirkan perubahan yang mendasar sehingga publik merasakan ada efek kesejahteraan. 

Di Indonesia saat ini telah banyak kita temukan pemimpin-pemimpin semacam itu. Di Sulawesi Selatan ada Prof. Nurdin Abdullah, di Jawa Barat ada Ridwan Kamil, di Kota Bogor ada Bima Arya Sugiarto, di Surabaya ada Tri Rismaharini dan lain sebagainya. 

Jadi, kepemimpinan transformatif itu sudah menjadi kebutuhan zaman. Tak ada yang bisa melawan. Dengan keberlimpahan informasi yang begitu besar membuat publik semakin tahu dan paham. Literasi politik publik juga sudah semakin maju, sehingga pola pikir dan pola tindak mereka dapat merubah paradigma politik sehingga preferensi politiknya akan diarahkan pada figur-figur tertentu yang dianggap mewakili kepentingan mereka. 

Dimana Positioning Pemuda Maluku Utara Dalam konteks ini menurut saya, pemuda Maluku Utara sudah harus bisa menentukan positioningnya biar tidak tergilas oleh roda zaman. Kita harus keluar dari budaya patriarki dan patron-clients yang sudah lama merampas idealisme dan kemerdekaan berfikir kita sebagai generasi penerus daerah ini. 

Padahal kita masih punya banyak pilihan untuk menjadi bagian dari perubahan. Kitalah yang akan menentukan kemana negeri ini akan diarahkan. Tentu dengan satu agenda dan visi: menjadikan Maluku Utara sebagai role model bagi provinsi-provinsi lainnya di Indonesia bagian timur.(red)


Reporter: Fauzan Azzam

BERITA TERKAIT