Home / Opini

Tampang Boyolali

Oleh: Pandan Arum Darmayanti
05 November 2018
Pandan Arum Darmayanti

Baru-baru ini kita dihebohkan dengan pidato salah satu Capres kita tentang "Tampang Boyolali". Saya yakin seluruh pemerhati sosial media dan pelaku politik bahkan masyarakat yang mengawal tahun politik sudah menyaksikan videp pidato beliau.

Ada banyak reaksi yang timbul, seperti yang sudah-sudah. Dalam tahun politik, semua isu bisa digoreng sampai gosong. Satu hal sepele bisa dijadikan senjata bagi lawan.

Mulai dari Alfateka, Hoax RS, tempe ATM dan sekarang TAMPANG BOYOLALI.

Salah satu reaksi yang timbul adalah marah, tagar #savemukaBoyolali muncul dimana-mana.

Sebenarnya apa masalah kita? Kita tidak terima dengan kenyataan bahwa kita memang belum pernah menginjakkan kaki di hotel berbintang? Atau karena yang berbicara bukan calon pilihan kita?

Harus diakui candaan Pak Parabowo ada benarnya.

Saya lahir di Boyolali meskipun kini menetap di Ternate. Di Boyolali, mayoritas menghabiskan waktu bertani dan hampir tak pernah berfikir untuk ke hotel, menghabiskan waktu libur ke pusat kota Solo saja sudah senang. Fenomena ini tentu berbanding terbalik dengan masyarakat kota yang terbiasa menghabiskan waktu membahagiakan diri dengan liburan. Tak tanggung-tanggung, akhir pekan yang hanya dua hari saja mereka rela hambur uang untuk sekadar menikmati fasilitas hotel berbintang.

Para warga Boyolali mungkin tak punya waktu untuk itu. Tapi jangan salah, tidak sedikit warga Boyolali yang sudah melanglang buana. Hotel berbintang tentu bukan hal luar biasa bagi mereka. Hanya saja, pidato pak Prabowo  jadi menggelitik karena beliau berpidato dihadapan warga Boyolali ketika meresmikan markas timsesnya disana. Hal ini tentu lumrah bagi orator yang berpidato tanpa teks, agar tidak terkesan kaku, beliau menyelipkan sedikit canda. Lagipula jika kita mau menyimak pidatonya secara penuh, ada makna lain yang lebih positif yang bisa kita ambil daripada hanya sekadar ikut ramai soal Tampang Boyolali.

Mari kita berfikir mengapa isu-isu hasil gorengan lebih menarik daripada masalah nyata seperti dolar yang melambung atau duka Negara kita. Ada yang harus kita pertanyakan dalam diri untuk kemudian kita benahi.

Duhai saudara seBoyolali, dimanapun kaki berpijak. Mari tunjukkan bahwa Tampang kita ini bukan tampang biasa. Lakukan sesuatu yang nyata daripada hanya ikut ramai tanpa guna.

Berterimakasih pada Pak Prabowo bahwa karena beliau, kampung halaman kita jadi terkenal. (Pandan).

Profil penulis : Pandan Arum Darmayanti asli dari Boyolali.  Saat ini ia aktif menulis cerpen dan berbagi ilmu ke semua kalangan di Ternate,  Maluku Utara. (red)


Reporter: Redaksi

BERITA TERKAIT