PEREKONOMIAN Indonesia saat ini mengalami kejutan yang luar biasa, perang dagang Amerika dan Cina yang tiada akhirnya berimbas terhadap perekonomian Indonesia yang masih dalam pusaran 5,0%-5,5% , dengan nilai tukar Rp 14.183 /per dolar as (sumber : market bisnis.com).
Tentunya proyeksi ini dilihat pula bagaimana indikator pendukung pencapaian kestabilan ekonomi daerah saat ini, Provinsi Maluku Utara yang dengan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2019 terhadap Triwulan sebelumnya (q-to-q) turun sebesar 0,73%, hal ini disebabkan oleh adanya kontraksi pada beberapa kategori diantaranya administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, (minus 6,90%), kontruksi (minus 3,45%), jasa pendidikan (minus 3,16%) dan pertambangan serta penggalian (minus 1,22%).
Sementara pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Triwulan I 2019 mengalami peningkatan yang cukup di banding Triwulan IV 2018 21,84%, peningkatan pada Triwulan I 2019 sebesar 2,152,5/22,48% (Sumber :BPS pertumbuhan ekonomi Maluku Utara Triwulan I 2019).
Melihat signifikansi ini tentunya adanya perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluuku Utara pada 2019, Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara tumbuh sebesar 96,81% naik 1,20% hal ini bisa dilihat dengan adanya masa panen perkebunan rakyat dibeberapa daerah khususnya di daratan Oba, Kota Tidore dan Halmehera Barat salah satunya cengkih, namun tidak berbanding lurus saat ini bahwa terjadinya inflasi pedesaan sebesar 0,74% disebabkan naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (konsumen), pada hampir semua kelompok kecuali tranportasi dan komunikasi.
Ini juga diasumsikan bahwa terjadi karena proses produksi yang tinggi, namun konsumsi dan distribusi yang lemah pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya perlu diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi dengan beberapa Zonasi Wilayah pendapatan pertanian terbaik khususnya dengan adanya kerjsama segitiga emas yang sudah disepakati secara formal di tahun 2016 lalu, dengan misi peningkatan kerjasama antara wilayah Ternate-Tidore dan Halmahera Barat dalam sektor pertanian, pariwisata dan perikanan.
Sehingga wacana segitiga emas bukanlah sekedar wacana elitis saja. Namun bisa melahirkan peningkatan bagi daerah dalam semua sub sektor demi kesejahteraan masyarakat.
Dikarenakan dalam beberapa bulan kedepan Tidore akan menghadapi moment besar Festival Tidore dan Halmahera Barat sementara mempersipakan diri dalam moment besar Festival Jailolo tersebut. Hal ini diharapkan agar Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah serta Anggota Legislatif tingkat Kab/Kota hingga Provinsi juga tidak sekedar mewacanakan ini dan mengawal dengan serius.
Sebab ini terkait peningkatan kesejatraan masyarakat agar semuanya lebih sehat bugar serta konsistensi terhadap semua kebijakan yang ada, agar terwujudnya misi pemerintah daerah dan pemerintah provinsi pada masa mendatang.(red)