Home / Opini

Peran Maulid Nabi Besar Muhammad SWA Terhadap Generasi Milenial Oleh Muchsin Saleh Abubakar. SH.MH Ketua PW. Badan Koordinasi Mubaliq Indonesia.

Oleh : Muchsin Saleh Abubakar SH. MH Ketua PW. Badan Koordinasi Mubaliq Indonesia
14 Desember 2018
Muchsin Saleh Abubakar SH. MH

Kenapa Maulid Nabi Besar selalu diperingati?  Sementara kondisi ummat selalu jauh dari nilai nilai hakikih dalam perjuaangan sirah Muhammad? Pertanyaan dari salah satu teman ini saya jawab degan narasi sederhana menurut saya. kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW? bagi kelas kaum intelektual, kaum ninggrat atau aristokrat muslim bukan lagi pada level memperingati peristiwa Maulid Nabi Muhammad.

Sebagaimana umumnya diperingati oleh kaum mustadafien dari RT hingga Istana Presiden, dari Almunawwar hingga Masjid Istaqlal. Seharusnya bagi para intelectual, aristokrat dan ninggrat muslim, ulama, umara melakukan revolusi peradaban degan menegakan akhlaq peradaban Muhammad di seluruh dimensi kehidupan ini.

Memperingati hari kelahiran Muhammad hanyalah peristiwa simbolik yg memang harus dilakukan karena disana ada media da'wah dan edukasi, makna hakiki kegembiraan kita atas kelahiran manusia mulia yang mengangkat derajad dan nilai nilai insaniyah dan kemanusian, yakni mensosialisasi pada ummat mustadafien, ummat tertindas tentang mission kelahiran seorang manusia peradaban, agar ummat menjadi kuat dan bangkit serta meresonansi sendi-sendi kehidupan dengan bersandar pada moralitas Kemuhammadan. 

Tapi sisi terpenting dari tugas para ninggrat dan aristokrat muslim ialah menginternalisasi carakter dan integritas watak profetik Muhammad menjadi sikap hidup (life style), ummat Muhammad sehingga seluruh mission Muhammad terinstitusi menjadi postulat dan pola hidup ummat. 

Olehnya itu para aristokrat atau kaum ninggrat muslim tidak boleh mengisolir diri menjadi kelompok yang eksclusif yang jauh dari hingar bingar sosial, jauh dari pergumulan kaum mustadafien yang hina dan dina.

Kaum aristokrat atau para ninggrat dan kaum terpelajar muslim membuka diri dari isolasi elitisme, (membuka jas dan mencopot dasi) keluar dari kemewahan dan melakukan tugas pembebasan keterpurukan akhlak degan menembus relung-relung sosial, untuk mengangkat martabat dan kehormatan ummat  mustadafien, dari keterpurukan dan ketertindasan kebodohan yang terstruktur akibat dari salah mengatur (regulasi abal abal) tugas pembebasan ummat mustadafien yang tersesat misal di ruang perjudian, pelacuran, khamar, riba, narkoba, sogok, maling, tipu menipu, begal membegal, merampok dan bersekutu dalam berbagai tindak kejahatan, hasut, permufakatan jahat, dan adu domba serta berbagai prilaku primitif lainnya.

Realitas sosial mustadafien itu telah menjadi corak dan warna sosial yang menonjol yang merenggut keseluruhan tataran adat istiadat dan pola hidup kaum mustadafien, kaum intelectual muslim, kaum aristokrat atau para ninggrat dan kaum terpelajar, ulama, pejabat.

Penguasa harus punya keberanian dan langkah kongkrit dalam mentranformasikan misi ini unt bergandengan tangan bukan degan sikap jalan sendiri sendiri dan menganggap diri paling berkuasa dan berhak degan sikap otoriternya.

Untuk itu diperlukan cara pandang dengan menggunakan kacamata tembus pandang sehingga transparan dalam menyoroti problematika ummat. Sehingga, tidak ada hambatan dalam membaca peta dan potret kaum mustadafien secara transparan.

Dengan begitu tidak ada jarak lagi yang memisahkan antara kaum intelectual,ulama ninggrat dan aristokrat dengan umat mustadafien.

Esensi dari Argumen yang  proporsionalitas yaitu tugas kaum intelectual muslim dan para ulama, pejabat dalam kategori sosial sebagai aristokrat dan ninggrat peradaban turun gunung membaur, melebur bergumul dan bergelut bersama kaum tertindas agar mereka turut merasakan denyut nadi penindasan yang mengancam kehidupan rakyat lemah dan tak berdayah.

Muhammad melakukan pembebasan,  pencerdasan serta pengadaban ummat mustadafien dangan akhlaq, uswah atau prilaku mulia serta berupaya membebaskan ummat dari ketertindasan, kemiskinan, kebodohan,serta prilaku menyimpangan lainnya, sebagai prilaku primitif, karena kondisi ini bukan merupakan hukuman takdir atau adzab, melainkan karena orang pintar, orang terdidik, orang terpelajar dan orang orang terhormat tidak menyentuh kehidupan mereka, bahkan mengisolir diri dan lari dari tanggung jawab sosial serta merampas hak hak mereka secara licik.

Sementara Nabi Muhammad setiap saat bertemu dan menyapa orang orang tertindas di masjid, surau, serta berbagai sudut kota.

Muhammad hadir degan watak dan adab kemanusiaan yang adil. Muhammad juga merasakan ketiadaan pangan, ketiadaan pakaian, ketiadaan harta tetapi ia tidak miskin secara  sosial, tidak miskin peradaban.apalagi ilmu? Karena gurunya adalah.Jibril dan penulis naskahnya adalah Allah Jalla Jalaluh.

Ia sosok manusia sempurna hadir untuk rahmat bagi alam semesta. Di era milinia ini, banyak kita terbeli dan tergadai oleh jabatan singgasana harta dan janji kedudukan, yang seolah-olah menjadi harta keturunan dalam dinasti yang takut susah dan dikalahkan dalam setiap perhelatan ,sehingga jika potret Muhammad tidak diabadikan dalam segala dimensi kehidupan fanaa ini.

Maka dapat dipastikan kita akan menjadi manusia rakus, ambisi, mengambil hak-hak orang yang terdzolimi pandang remeh orang dan tampa sadar menyeret dirinya sebagai firaun fraun gaya milenia. 

Tahukah kita pesan baginda Nabi bahwa sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang berguna bagi manusia laiinya, karena hadist ini punya hubungan erat dalam Kalam Allah yaitu, "tidaklah kami turunkan engkau wahai Muhammad melainkan sebagai pembawa rahmat bagi sekalian alam (Alqur'an)" terminologi rahmat adalah berguna, jadi kalu manusia tidak merasa berguna bagi manusia lainnya? Maka ia ibarat mayat yang bernyawa, semoga syafaat selalu menanti kita di syurga Raiyan. Amin.

Selamat Miladurrasul Habibana Muhammad SAW 1440 H semoga kelak diyaumil qiamah Rasullullah tersenyum melihat wajah kita meski dalam kegelapan.

(Muchsin Saleh Abubakar SH. MH Ketua PW. Badan Koordinasi Mubaliq Indonesia)(ian)


Reporter: Ryan

BERITA TERKAIT