Home / Opini

Pentingkah Gerindra Ikut Bergabung Bersama Kubu Jokowi?

Oleh: Helmi Alhadar (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan Kandidat Doktor Unpad Bandung)
24 Juli 2019
Helmi Alhadar

USAI rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo di stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta pada pertengahan Juli lalu serta merta membuat kondisi politik nasional berubah drastis.

Mengingat sebelumnya kedua kubu Capres ini bersitang dalam klaim kemenangan masing-masing pihak yang membuat keterbelahan di dalam masyarakat.  Prabowo yang dalam pertemuan dengan Jokowi saat itu dengan sikap sportif mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi terhadap dirinya. Bukan cuma itu, pensiunan jenderal bintang tiga itu juga mengaku siap membantu pemerintahan Jokowi bila diminta.

Manuver Prabowo bertemu Jokowi sepertinya tidak melalui kesepaktan dengan partai-partai koalisi pengusungnya termasuk dengan pihak-pihak yang selama ini terkesan militan mendukungnya dan menolak pertmuannya dengan Jokowi.

Meskipun sehari seblum pertemuan dengan Jokowi, Prabowo sempat menyurat kepada Amien Rais dan ketua PKS serta Sandiaga Uno atas niatnya tersebut. Dengan begitu terkesan Prabowo memliki kepentingan tersendiri dan tidak ingin niatnya tersebut dihalangi.

Meskipun sempat kaget, namun akhirnya Amien Rais dapat memahami keputusan Prabowo untuk menemui Jokowi, begitupun dengan PKS. Namun reaksi sangat berbeda ditunjukan oleh kelompok 212 dan FPI yang terkesan begitu kecewa dan marah atas manuver Prabowo itu.

Setelah melakukan rapat tertutup dengan pembina partai Gerindra di Hambalang, Jumat 19 juli lalu, para elit partai Gerindra makin terbuka atas niatnya untuk ikut bergabung dalam koalisi pemerintahan Jokowi dengan syrat pemerintahan Jokowi mau menjlankan konsep kemandirian pangan dan ketahanan energi yang diusung Gerindra saat kampanye lalu.

Bahkan belakangan, Gerindra juga secara terbuka mengaku berminat menduduki posisi ketua MPR, yang juga ikut diminati oleh PAN dan Demokrat. Manuver Gerindra ini membuat koalisi awal pendukung Jokowi agak kegerahan dengan reaksi yang agak menolak atas niat Gerindra untuk bergabung.

Hal ini berujung pada Senin kemarin dimana ketua-ketua partai pendukung Jokowi seperti Nasdem, Golkar, PKB dan PPP yang dipimpin Surya Paloh melakukan pertemuan secara tertutup yang kemudian dilanjutkan konferensi pers dengan alasan pertemuan tersebut sebagai wujud dari soliditas dan komitmen dari partai-partai pengusung Jokowi untuk tetap solid mendukung dan mengawal pemerintahan Jokowi-Maruf. Rupanya pertemuan keempat parpol tersebut merupakn bentuk "pnolakan" terhadap kemungkinan bergabungnya Gerindra, mengingat pada hari ini kemungkinan ada agenda pertemuan antara Jokowi, Prabowo dan Megawati.

Keadaan ini membuat Jokowi akan sedikit mengalami kesulitan untuk mengakomodir kepentingan Prabowo, mengingat sikap yang agak menolak dari parpol-parpol yang sejak awal mendukungnya juga naksir posisi ketua MPR.

Memang kalau melihat komposisi di parlemen, rasanya pemrintahan Jokowi sudah sangat kuat mengingat parpol pengusungnya menguasai parlemen tidak kurang dari 60%. Meskipun begitu, tapi bisa juga Jokowi akan berusaha merangkul Gerindra karena kemungkinan Jokowi ingin memimpin pemerintahannya dengan lebih nyaman, apalagi dalam pidato politiknya di Sentul, 14 juli lalu, salah satu poinnya presiden terpilih tersebut berniat mengevaluasi lembaga-lembaga yang kurang bermanfaat atau bermasalah yang kemungkinan akan dibubarkan.

Untuk itu, kemungkinan merangkul Gerindra membuat Jokowi akan lebih nyaman dan merasa lebih kuat dalam memimpin pemrinthannya dari pihak-pihak yang selama ini secara extrim menenentang kebijakannya.  Apalagi kemungkinan Megawati juga tidak akan keberatan dengan bergabungnya Gerindra dalam koalisi yang dimotori PDI-P itu, karena kedekatan Mega dan Prabowo sebelumnya termasuk Puan Maharani juga memliki kedekatan dengan Prabowo.

Sudah begitu, karakter politik dari PDIP dan Gerindra rasanya tidak terlalu jauh berbeda. Jadi sangat mungkin Gerindra akan diterima oleh Jokowi yang tentu juga harus disetujui oleh kelompok-kelompok koalisi lainnya di dalam kik.(red)


Reporter: Fauzan Azzam

BERITA TERKAIT