Home / Opini

Pendatang Baru

Nila Sari Taha S.Pd.I Guru MIN 1 kota Ternate dan Mis Nuruddin Marikurubu
31 Maret 2020
Nila Sari Taha S.Pd.I Guru MIN 1 kota Ternate dan Mis Nuruddin Marikurubu

Pendatang Baru 

Nila Sari Taha S.Pd.I
Guru MIN 1 kota Ternate dan Mis Nuruddin Marikurubu

Kesehatan adalah harga yang tak dapat tergantikan. Ada pepatah yang mengatakan bahwa gunakan masa sehatmu, sebelum masa sakitmu. Hal ini menggambarkan kepada kita bahwa kesehatan sangat penting adanya. Oleh sebab itu, mengerjakan hal yang bermanfaat sebelum datang masa sakit, merupakan sebuah keniscayaan mutlak, bagi kita dalam menjadikan hal yang diprioritaskan. Keselamatan dan kesehatan merupakan hal yang selalu dimohonkan kepada sang Kuasa. Maka berdoa adalah jalan terbaik yang selalu dipanjatkan agar dilimpahkan keselamatan juga kesehatan. 

Pada akhir tahun 2019,  kita dikejutkan dengan sebuah peristiwa di negeri Cina yang sungguh menakutkan dan meresahkan. Hal yang selama ini menjadi sebuah momok menakutkan, kini mulai merambah sampai ke seluruh penjuru dunia. Bahkan, bahaya tersebut telah masuk ke wilayah Indonesia. Dan, ia pun mulai bermain ke dataran Maluku Utara. Sehingga membuat kita menjadi panik dan takut.

Beritanya menjadi trending topik mengalahkan artis papan atas, baik lokal, regional, nasional bahkan internasional. Status di media sosial menjadi ramai berbicara tentang kemunculannya yang begitu menggegerkan. Media – media pun turut memberitakan kebrutalan akan bahayanya. Secepat kita menggeser scrool pada Gadget, secepat itulah korban berjatuhan tanpa ampun.

Sang pendatang baru Covid 19 atau yang lebih tren dengan virus corona adalah pelaku utamanya. Dia begitu dikenal dunia. Dari anak kecil, remaja, dewasa hingga lansia tak ketinggalan memperbincangkan tentangnya yang dengan cepat mengambil alih perhatian kita.

Seperti halnya negara lain, di Indonesia, kita pun dianjurkan agar selalu waspada. Dengan melakukan berbagai cara agar terhindar dari Covid 19. Dari melakukan pembatasan sosial (Social distancing), Penggunan masker, selalu mencuci tangan dengan antiseptic hingga tidak boleh keluar rumah, keculai ada yang sangat penting dan mendesak. Selain itu, ada pula anjuran – anjuran lain untuk mencegah merambatnya covid 19 lebih luas lagi.

Namun tanpa kita sadari, walau statusnya sebagai “ pendatang baru ”, covid 19 mampu mengalihkan dunia kepada kepanikan dan kecemasan yang tinggi. Ia seperti seniman yang lagi naik daun, dalam dunia perfileman atau si bocah belasan tahun yang lincah mengolah si kulit bundar, dalam dunia sepak bola. Bahkan bisa dibilang ketenarannya melebihi semua itu. Tapi ketenaran yang dimiliknya, lebih kejam dari kejamnya para preman pasar dan mereka para pembegal jalanan. Apa yang sebenarnya sedang terjadi ?

Ada sebuah premis yang ditawarkan Dian Rusmanlia bahwa satu dunia begitu mudah dihancurkan dengan mikro organisme berukuran mikro atau nano micro. Coba pikirkan dan bayangkan. Makhluk yang begitu kecil tak kasat mata saja, mampu membuat jiwa – jiwa manusia, terpapar berhamburan tak tentu arah.

Lalu, bagaimana jika Yang Maha Besar menghancurkan kita? Bahkan sangat mudah bagi-Nya kawan. Nah, kini apakah kita telah paham tujuan dari hadirnya si pendatang baru tersebut?

Menurut Dian Rusmanlia, Covid 19 ditugaskan untuk meruntuhkan kesombongan dan mengembalikan manusia pada titik nol, lalu kembali pada Tuhannya. Sedangkan seorang Ulama yang biasa dikenal dengan sapaan AA Gym menjelaskan bahwa tugas Covid 19 yaitu “yusabbihu ma fissamawati wa ma fil ardh “ BERTASBIH!! Virus itu dalam keadaan bertasbih ” dan siapa yang akan terkena Virus tersebut? jawabannya sangat sederhana “ Pasti yang dikehendaki oleh Allah SWT ”.

Lebih lanjut AA Gym menjelaskan lagi bahwa, kita harus yakin, bahwa yang menciptakan virus tersebut adalah Allah Swt. mengapa demikian? sebab “Lillahi ma fissamawati wa ma fil ard” tidak ada makhluk satu pun di muka bumi ini ada dengan sendiriya, kecuali dihadirkan oleh-Nya. Termasuk sang pendatang baru itu. Dia adalah ciptaan Allah juga. Ia hadir sebagai alarm bagi kita untuk kembali kepada-Nya.

Maka tidaklah berlebihan jika Hamdy M. Zen menyebutkan bahwa covid 19 adalah tamu terhormat yang patut dilayani dengan penuh keikhlasan. Karena dia bukanlah Sang Izrail pencaput nyawa bukan pula israfil sang peniup sangkakala. Dia hanyalah sang penguji keikhlasan dan kesabaran dari Sang Tuhan untuk kita para insan.

Karena itulah, Yanuardi syukur sorang penulis produktif asal Maluku utara menjelaskan, bahwa kecemasan dan ketidakpastian yang dijalani manusia saat ini, bisa ditanggulangi dengan keyakinan akan Sang Penguasa, yang berkuasa atas segenap alam semesta raya.

Dengan hadirnya si pendatang baru tersebut, Tuhan Sang Penguji Keihklasan dan Sang Penentu kadar ketakwaaan, yang dengan sekejap bisa meluluhlantahkan nyawa – nyawa manusia sedemikian hebat, telah menunjukkan secara nyata kepada kita, bahwa betapa lemahnya kita manusia, betapa gampangnya Sang Kuasa menghancurkan apa yang selama ini kita banggakan. Sederhanya, Allahu Akbar ya Allah Maha Besar.

Seharusnya kita berfikir kembali apa tujuan besarnya, kita diciptakan di muka bumi ini. Nyatanya, tak ada yang kita miliki selain Allah. Bahkan diri yang sering kali kita banggakan ini pun, bukan kita yang miliki. Tapi Dia Allah Sang Pemilik sesungguhnya.

Marilah sama – sama kita instropeksi diri masing – masing, apa yang telah kita lakukan pada alam semesta raya ini? Mungkin benar kata Ebiet G Ade dalam sebuah penggalan lirik lagunya “ mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita, yang selalu bangga dengan dosa – dosa ”.

Meski begitu, jangan sekali – kali kita menganggap bahwa covid 19 ini adalah musuh. Sebab kita semua sama. Sama – sama sebagai ciptaan Allah. Namun kita memiliki tugas yang berbeda. Tapi tetap, dengan tujuan yang sama yakni sama – sama menuju Allah SWT.

Masih ingatkah, kita akan tugas mulia yang diembankan Allah kepada kita ? makhluk termulia di muka bumi yang membuat cemburu para malaikat dan iblis?

Ya, Khalifah di muka bumi. Tanpa sadar atau berpura – pura tidak sadar, masing – masing kita mengemban predikat khalifah. Khalifan harus mampu menjadi pemimpin dan panutan makhluk lainnya. Kita tidak boleh tumbang dan ditertawakan oleh Iblis karena menyerah hanya kepada mahkluk yang berukuran 500 – 800 nano meter. Buatlah Allah bangga menciptakan makhluk yang diselipkan predikat Khalifah di muka bumi ini.

Salah satu caranya, dengan mengganggap bahwa covid 19 adalah tamu terhormat yang harus dilayani dengan sebaik – baiknya dan sebagai ujian bagi kita untuk naik setingkat lebih tinggi dari sebelumnya. Juga sebagai keruntuhan rasa kesombongan, yang selama ini, kita agungkan, tanpa kita sadari. Marilah sama – sama kita mencari keridhaan Allah, melalui covid 19 yang berstatus sebagai pendatang baru di hadapan kita ini.

Dan hal yang harus kita lakukan saat ini adalah, berhenti memikirkan hal buruk dan kembalilah kepada Sang Pemilik Takdir. Jalanilah takdir dengan seikhlasnya. Ikhtiar yang paling tepat adalah menjalankan prosedur yang telah ditetapkan sebagimana yang telah disinggung pada paragraf sebelumnya. Ini bukan karena lari dari takdir, tetapi ini adalah pilihan kita yang paling utama yaitu perang melawan si pendatang baru yakni covid 19.

Dan untuk yang telah terkena covid 19 jangan bersedih. Jalani takdirmu dengan ikhlas, niscaya kepulanganmu merupakan syahid dan syahidmu tidak melawan pertempuran, tapi syahidmu melawan ujian. Ingat, apa yang terjadi, itulah yang terbaik. Jangan takut mati karena covid 19. Sebab, itu hanyalah satu dari sekian banyak sebab. Karena ada tidaknya covid 19, ajal pasti datang menghampiri. Jangan panik jangan cemas, karena sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.

Mari sama – sama, kita patuhi aturan pemerintah dan memberikan support untuk orang – orang yang berjuang di garda depan.  Semoga kita bisa melepas tamu kita sang pendatang baru ini, dengan ketakwaan dan menjadikannya sebagai media, untuk meraih ridha Allah SWT. Amien 3x. Sekian. Semoga bermanfaat.

Referensi tulisan dari Abdullah Gymnastiar, Yanuardy Syukur, Hamdy M. Zen, dan Dian Rumanlia.(penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT