Home / Opini

OPINI : Catatan Debat Pilgub Malut

Oleh : Maulana Patra Syah, Dosen Hukum Tatanegara Universita Esa Unggul Jakarta dan Advokat di Maulana Patra and Partners
10 Mei 2018
Maulana Patra Syah, Dosen Hukum Tatanegara Universita Esa Unggul Jakarta dan Advokat di Maulana Patra and Partners

Tadi ketika nonton debat terbuka pasangan calon guburnur dan wakil gubernur Maluku-Utara, saya berharap masyarakat maluku utara dapat sedikit gambaran tentang siapa calon yang akan dipilih nanti ketika berada dibilik suara. walau, untuk menentukan pilihan terhadap pasangan calon tidaklah mudah, apalagi pilihan tersebut ditentukan dari per sekian menit dalam debat. 

Kita tau tradisi politik di maluku utara, sangat bergantung pada "kesukuan." pasangan calon yang mampu mengorganisasi suku mayoritas di maluku utara, besar kemungkinan ketrpilihannya. apalagi ia berasal dari suku mayoritas. 

Kalau dilihat dari empat pasangan calon yang berlaga dalam pemilukada maluku-utara tahun 2018, ada dua pasangan calon gubernur yang berasal dari suku mayoritas yang sama. hal ini menjadi menarik, karena kemungkinan terbelahnya suara mayoritas kedalam kedua pasagan calon dapat terjadi, situasi demikian ini membuat distribusi suara pemilih relatif merata dan, kondisi politik semakin dinamis, sehingga hasil perolehan suara pasangan calon tidak begitu terpaut jauh.

Semoga semakin dinamisnya politik maluku utara berdampak baik bagi pendidikan politik masyartat. dan yang paling penting masyarakat dapat diajak sebagai subjek-matter ekonomi maluku utara. sebab, untuk membangun ekonomi masyarakat maluku utara memerlukan "pemihakan" sebagai sikap idiologis yang mengutamakan dan memuliakan kedaulatan rakyat. tidak hanya sebagai legitimasi politik semata. Masyarakat maluku utara membutuhkan transformasi ekonomi dan transformasi sosial. suatu transformasi yang meminjam perkataan Bung Hatta sebagai transformasi yang "menggusur daulat tuanku dan menggantikan dengan daulat rakyat maluku utara. (***)(thy)


Reporter: Fadli

BERITA TERKAIT