Home / Opini

Mengisi Dan Merayakan Kemerdekaan Di Tengah Pandemi

Oleh: Hamdy M. Zen (Ketua DPW Rumah Produktif Indonesia (RPI) Maluku Utara)
19 Agustus 2020
Hamdy M. Zen Ketua DPW Rumah Produktif Indonesia ( RPI ) Maluku Utara

Mengawali tulisan ini, penulis mengutip sebuah perkataan hebat dari seorang pejuang yang tak kenal lelah dan tak pernah menyerah dengan keadaan. Seseorang yang pada akhirnya dengan lantang memproklamirkan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 silam. Ya dialah Soekarno sang proklamator bangsa. Di dalam suatu kesempatan, bung Karno pernah berkata, apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. – Soekarno.

Setiap memasuki tanggal 17 Agustus, kita bangsa Indonesia selalu saja memperingati hari kemerdekaan Indonesia, dengan sama – sama mengibarkan sang merah putih di udara, sebagai bentuk perayaan kemerdekan, atas perjuangan para founding fother dan founding mother bangsa. Begitu seterusnya. Banyak cara yang kemudian dilakukan oleh kita untuk itu.

Pada momentum kali ini, agak sedikit berbeda dari sebelumnya. Biasanya, ketika datang momentum hari kemerdekaan, kita dipenuhi dengan orang – orang yang riak bergembira, menyaksikan pengibaran bendera sang merah putih. Di seluruh lapangan upacara, dari Sabang sampai Merauke, kita dibanjiri oleh orang – orang hebat, dari berbagai kalangan. Mulai dari anak SD, SMP, SMA, tentara, polisi, pegawai sampai pada rakyat biasa.

Namun kali ini, warnanya hampir menghilang. Hampir saja ditiadakan momen. Semua itu karena sebuah wabah. Wabah yang tak kasat mata. Wabah yang telah memberikan pengaruh yang sungguh luar biasa, terhadap dunia. Wabah yang sudah membuat dunia, termasuk kita Indonesia menderita, bahkan dari segala aspek dan segi. Mungkin ini adalah salah satu cara Tuhan menegur kita, untuk segera berbenah dan berubah. Berubah menjadi bangsa yang merdeka. Bukan merdeka dari penjajah, tapi dari bangsa dan diri sendiri.

Sebab, kemerdekaan Indonesia, seperti yang kita tahu, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, kita telah resmi menjadi negara yang merdeka dan terbebas dari penjajah. Walau pun tidak dipungkiri juga bahwa setelah itu, masih ada pertentangan antara kita dan penjajah. Tapi esensinya, sejak saat itu, sekali lagi, kita bangsa Indonesia telah resmi menjadi bangsa yang telah merdeka dan sudah diakui dunia.

Oleh sebab itu, maaf tidak bermaksud menggurui, yang mesti kita rayakan saat ini, apalagi di dalam momentum 17 agustus seperti ini, kita diharapkan mengisi hari kemerdekan tersebut dengan terus menebar kebaikan di muka bumi, lebih – lebih di bumi pertiwi bangsa Indonesia. Karena untuk menjadi bangsa yang berkembang dan maju, kita mesti berlomba dalam kebaikan. Bukan berlomba memperebutkan kekuasaan. Bukan pula saling menjatuhkan, apalagi sampai membunuh dari belakang. Jangan kawan. Itu bukan petarung.

Jika itu yang kita perjuangkan, maka sampai kapan pun, kita tidak akan bisa bersaing dengan negara – negara maju lainnya. Dan bahkan kita malah menjadi bangsa yang paling belakang dan terkebelakang. Na’uju Billahi min jalik ( mari berlindung kepada Allah dari ).

Duhai kita para penerus tongkat estafet bangsa! Kita tahu saat ini, untuk merayakan kemerdekaan, hampir 90 %, perayaannnya hanya di rumah saja. Sebab saat ini, kita masih dianjurkan untuk tetap di rumah aja, mencegah tersebar luasnya sang virus corona. Agar tetap produktif di rumah dan tetap mengisi kemerdekaan Indonesia, maka mari sama – sama kita mengisi kemerdekaan kali ini dengan berkreasi dari segala segi.

Pertama: merenung. Menghabiskan waktu di rumah, memang ada bosannya juga. Sebab manusia, pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk menghirup udara – udara segar di luar rumah. Bepergian ke tempat – tempat rekreasi, merupakan salah satu dari kecenderungan kita. Hal ini dilakukan, sebagai bentuk melepas penat dan refreshing ( menyegarkan pikiran ).

Akan tetapi, perlu diperhatikan dengan penuh ketelitian juga, bahwa dengan banyaknya waktu di rumah yang dimiliki saat ini, secara tidak langsung, Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk merenungi, apa – apa yang telah dilewati yang mungkin dulu tidak kita pikirkan tentangnya sama sekali.

Maaf sekali lagi, tidak bermaksud menggurui, dulu, mungkin kita pernah melakukan kesalahan terhadap orang tua, saudara, anak, istri / suami, teman sejawat, rekan kerja, pimpinan, atau siapa saja dan dalam bentuk apa saja, yang hingga saat ini belum kita layangkan permintaan maaf dengan ketulusan hati.

Nah, saat ini Tuhan telah mengskenariokan cerita kita, dengan menghadirkan momentum Corona / Covid 19. Di mana, pada masa ini, waktu kita lebih banyak di rumah. Dengan banyaknya waktu di rumah tersebut, kita lebih leluasa dalam berpikir dan bertindak. Maka hal yang paling utama, yang jangan sampai terlupakan, adalah melakukan perenungan atas kesalahan – kasalahn yang telah kita perbuat dahulu. Lalu, bersegaralah untuk berbenah diri dan melakukan perubahan diri menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Tabea.

Kedua: memanfaatkan daring. Di tengah masa pandemi ini, telah kita lihat banyak perubahan yang terjadi di tengah – tengah kita. Biasanya, setiap aktifitas yang dilakukan, selalu dilakukan secara langsung. Pertemua misalnya, biasanya diadakan di kantor, di lapanga – lapangan terbuka, di tempat – tempat diskusi seperti kafe dan juga bisa di ruang – ruang publik yang ada. Sejak adanya Corona, pertemuan seperti itu mulai berubah. Pertemuan – pertemuan yang seperti itu, tidak lagi secara langsung, malainkan secara daring. Bahkan pernah dalam diskusi daring yang penulis ikuti beberapa waktu yang lalu, disebutkan bahwa pernikahan yang biasanya dilangsungkan secara langsung, kini telah dilakukan malah secara daring. Hal tersebut terjadi pada beberapa waktu yang lalu pada awal – awal masa pandemi. Hal ini terlihat asing dan terkesan aneh. Tapi inilah perubahan yang dirasakan saat ini.

Dalam kesempatan ini, maaf, penulis ingin menyampaikan kepada kita bahwa, di masa pandemi ini, kita jangan terlena dan putus asa dengan keadaan. Sebab, itu sangat bertentangan dengan harapan para pahlawan bangsa kita. Harapan mereka adalah, kita teruskan kemerdekaan yang telah diperjaungkan mereka sampai pada titik darah penghabisan.

Kita mestinya berkreasi dan juga beradaptasi dengan keadaan. Jangan menjadi frustasi, lalu seakan mati karena keadaan. Seperti yang dikatakan bung Karno, yang penulis kutip di awal paragraf di atas, bahwa apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.

Perkataan soekarno di atas, mengindikasikan kepada kita bahwa kita jangan pernah menyerah dengan keadaan. Untuk menjadi maju, kita harus tetap melangkah maju. Berkreasi menjadi hal yang mesti. Memanfaatkan momen daring yang saat ini menjadi media penghubung bagi kita, untuk berbagi kasih dan berpetualang adalah jalan terbaik dalam berbuat baik, untuk saat ini. Kreasi seperti itu, merupakan bentuk perayaan kemerdekaan di masa pandemi. Ya mengisi kemerdekaan, dengan agenda – agenda daring.

Dulu, merayakan kemerdekaan dengan berbagai cara, yang kesemuanya dilakukan secara langsung. Kini kelangsungan tersebut, sementara dibatasi. Pembatasan ini, bukan menjadi sebuah alasan bagi kita untuk tidak melangkah maju. Justru, secara tidak langsung, kita diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk berpikir kreatif lalu berkreasi atas keadaan.

Mohon maaf, tidak bermaksud menggurui dan tidak pula bermkasud menunjukan atau semacamnyalah, semalam, penulis bersama – sama kawan Rumah Produktif Indonesia dari tingkat DPP sampai DPW di dalam dan di luar negeri, mereyakan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 75 dengan cara berpuisi tentang kemerdekaan, dengan membacakan puisi melalui daring. Ini mungkin terlihat biasa. Tapi sungguh luar biasa bagi kita. Ini adalah bentuk bagaimana kita mengisi kemerdekaan dengan berkreasi di tengah pandemi.

Dan masih banyak lagi perayaan – perayaan dalam bentuk yang lainnya yang dilakukan kita kawan – kawan RPI melalui daring. Semoga, kita bisa mengambil pelajaran di tengah – tengah pandemi ini. Mari menjadi lebih baik dari selumnya dengan tetap produktif di rumah. Tabea. Sekian dan terima kasih. Ternate, Puncak Dufa – Dufa, 18 Agustus 2020. (penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT