Home / Opini

Menanti Lawan-Lawan Merlisa di Pilwako Ternate

14 Agustus 2020
Penulis: Dr. Helmi alhadar., M.Si
(Direktur Lembaga Strategi Komunikasi Dan Politik Maluku Utara)
 

HINGGA pertengahan Agustus ini belum ada pasangan Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota Ternate yang benar-benar dipastikan maju bertarung, selain pasangan Merlisa-Juhdi Taslim yang sudah mengantongi modal 8 kursi, dimana melebihi standar 6 kursi sebagai syrat pencalonan.

Bahkan pasangan ini sangat potensi besar mendapat rekomendasi dari partai Golkar yang punya tiga kursi di parlemen. Hal ini tergambar dari pernyataan Achmad Hatari yang masih memberi kesempatan kepada pasangan Tausiah untuk mencari 3 kursi sisa sebagai syarat diusung Nasdem yang juga punya modal 3 kursi untuk menjadi genap sebagai syarat pencalonan, padahal disaat yang sama Nasdem juga cenderung ke pasangan MHB-Asghar.

Dengan begitu, pasangan MHB-Asghar Saleh yang telah miliki dukungan dari Gerindra dan Hanura yang berjumlah 3 kursi masih belum aman, sehingga kemungkinan MHB harus mengantisipasi dengan berusha melobi partai-partai tersisa yang ada. Namun melihat relasi diantara Haji Bur dan Hasan Bay dengan partai-partai yang ada, maka rasanya tidak akan terlalu mudah untuk MHB mendapat sokongan dari parpol-parpol tersebut sehingga perlu kemampuan lobi untuk menarik partai dan tokoh-tokoh parpol yang tersedia.

Melihat kenyataan ini, maka yang paling realistis, baik untuk jumlah kursi maupun tentang aspek etnik maka Abdullah Tahir dari Demokrat yang paling tepat untuk digandeng MHB. Namun apakah Abdullah bersedia mengingat informasi yang berkembang selama ini bahwa pendukung Abdullah agak kecewa dengan Haji Bur yang dekat dengan Hasan Bay yang tidak terlalu memberikan peran yang seimbang untuk Abdullah yang menjebat sebagai wakil wali kota.

Tapi tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Sementara pasangan Tausiah yang masih diberi kesempatan oleh Nasdem seharusnya mampu melobi ke PPP yang masih belum miliki tokoh yang jelas setelah rekomendasinya ke Yamin Tawari untuk mencari sisa kursi ditolak oleh Abdullah Tahir yang punya modal 4 kursi dari partainya (Demorat) yang ogah menjadi wakil Yamin sehingga kans Tausia mestinya sangat terbuka untuk mendapat sokongan PPP, meskipun dikalangan kader PPP cukup banyak yang tidak mendukung pasangan ini, begitupun di kubu Nasdem terkesan "tidak" terlalu solid.

Adapun Iswan Hasjim yang setelah ditinggalkan 3 partai pengusungnya dengan menyisakan satu kursi dari PKS masih memiliki peluang untuk bertarung kalau saja mampu menggaet PKB yang punya modal 4 kursi dan melobi Perindo yang miliki satu kursi di parlemen.

Namun jika Iswan mampu menarik PKB dan berpasangan dengan Jasri Usman maka pasangan ini harus bekerja ekstra keras mengingat Jasri Usman yang dari Halsel kurang memiliki popularitas yang cukup, selain itu Iswan juga harus bersaing ketat dengan Abdullah Tahir jika menerima pinangan MHB untuk merebut suara di bagian utara kota.

Dengan begitu, realitas 4 pasangan ini bisa jadi akan lebih menguntungkan pasangan Merlisa-Juhdi karena kemungkinan pemilih dari kalangan etnik-etnik kecil yang ada di kota Ternate terutama di bagian tengah kota lebih melihat pasangan ini sebagai representasi dari harapan mereka, apalagi Merlisa didukung olh finansial yang kuat.

Sementara jika pasangan MHB-Asghar Saleh dipatenkan, maka kemungkinan besar PKB dan Demokrat ada peluang berkoalisi dengan menyodorkan calon alternatif sekaligus mengunci peluang calon lainnya untuk bertarung karena jumlah kursi sudah tidak memungkinkan lagi, dan idealnya mungkin kedua partai ini perlu untuk mempertimbangkan dengan menyodorkan paket Firman Syah-Muhajirin Bailussy yang representatif mewakili dua etnik besar di Kota Ternte (Ternate-Makian).

Selain itu, dari sisi usia, keberagaman agama di Kota Ternate akan menjadi tingkat keterimaan pasangan tersebut relatif cukup tinggi. Paling tidak di kalangan etnik Ternate, mengingat konteks sosial dan politik termasuk faktor psikologi agak menguntungkan posisi mereka jika hanya berhadapan dengan pasangan Merlisa Marsaoly-Juhdi Taslim dan MHB-Asghar Saleh atau Tauhid-Nursiah kalau Nasdem dan PPP bersepakat koalisi, mengingat Maluku Utara termasuk Kota Ternte, faktor etnik sangat diperhitungkan.

Apalgi tingkat popularitas, akseptabilitas dan elektablitas dari Firman-Muhajirin cukup seimbang dan bisa melonjak seketika ketimbang popularitas, aseptabilitas dan elektabilitas dari pasangan lain yang hanya bertumpu pada cawakotnya yang tidak banyak didukung olh wakilnya, kecuali untuk kalangan aktivis, sehingga pertarungan akan menjadi lebih seimbang untuk semua pasangan.

Adapun alternatif lainnya kalau Abdullah ngotot sebagai nomor satu, maka yang paling real dengan komposisi yang pas adalah mengajak Muhajirin dari PKB untuk berduet ke galanggang pertarungan. Sementara kemungkinan lain yang bisa juga terjadi kalau paket Iswan-Muhajirin atau sebaliknya disodorkan dengan syarat kedua tokoh ini mampu menarik atau memikat mayoritas masyarakat kedua etnik yang mereka wakili dapat melihat mereka sebagai representasi dari masing-masing etnik itu. Alhasil, politik memungkinkan untuk semua kemungkinan bisa terjadi. Tentu selain komposisi etnik yang menjadi pertimbangan serius, faktor program dan ide-ide cemerlang dari masing-masing kandidat plus keuangan yang sedikit mendukung akan menjadi modal yang sangat penting.

Intinya siapapun yang akan diusung bukan masalah, yang pasti masyarakat menanti pasangan penantang Merlisa yang seimbang, biar Pilwako Ternate kali ini menjadikan alternatif pilihan-pilihan yang seru dan berkualitas. Semoga!

(red)


Reporter: Fauzan Azzam

BERITA TERKAIT