Home / Opini

Keruntuhan Politik Elite

Oleh : Ahlan Mukhtari Muslim Soamole (Mahasiswa Pascasarjana UMI Makassar)
05 Juli 2020
Ahlan Mukhtari Muslim Soamole

SEPERTI memancing kebutuhan kail, umpan dan tali nilon merupakan instrumen penting dalam memeroleh ikan diinginkan, spot mancing sebagai titik basis keberadaan ikan memudahkan diperolehnya, politik demikian, di tengah hiruk pikuk menjelang pemilihan para pemimpin disetiap daerah tak bisa dinafikan keberadaan rakyat sebagai dasar jalannya demokrasi. 

Rakyat berperan secara multidimensional sehingga keberadaannya menjadi kemajuan bagi demokrasi, keterlibatan rakyat dalam keaktifan politik menjadi keharusan, pergulatan gerakan politik rakyat akan menentukan guncangan singgasana kekuasaan elit menyimpang, peran rakyat adalah menjadi diri sendiri sebagai warga negara memiliki kesadaran politik autentik, suatu cerminan politik enlightenment jalan baru resolusi demokrasi selama ini tendensi destruktif. 

Diskursus-diskursus politik dapat memasuki seantero kota tak hanya status quo, dewan rakyat merayakan seremonial di parlemen melupakan khas dimilikinya yaitu berupaya membentuk pendidikan politik, salah satu harapan itu ialah kemampuan setiap orang dalam menerjemahkan visi-misi merupakan wawasan pembangunan. Bilamana iklim politik buruk tercipta maka hasil daripada sistem itu tentu menghasilkan politik destruktif diantara money politic, mahar politik atau politik praktis. 

Politik praktis merupakan rangkaian pragmatisme politik, secara berarti keterlibatan rakyat sebatas nilai keuntungan praktis dalam memilih salah satu peserta ikut serta pencalonan. Politik praktis dapat mengubah wajah politik negara menyimpang, kemunduran politik akibat kekuasaan politik berada pada oligark tertentu. Sebagaimana Index Demokrasi Indonesia pada 2019 mengalami stagnasi dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun 2019 Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 167 Negara yang diriset oleh perusahaan bisnis dan ekonomi di Inggris (The Economist Inteligense Unit) tiga tahun terakhir dengan skor 6,39. 

Kemunduran demokrasi kita juga ialah minimnya diskursus menyentuh kehidupan rakyat, sistem politik semakin liar dikuasai oleh sistem kekuasaan elit sehingga rakyat termarjinalisasi dari kesadaran perpolitikan. Upaya membangun pendidikan politik dengan cara meningkatkan kualitas diskursus publik secara signifikan, sehingga diketemukan berbagai pikiran-pikiran menjadi titik balik demokrasi menuju suatu kemajuan. Untuk memperoleh suara rakyat, terpenting menemukan kepercayaan (trust) dan keyakinan ketika konstruksi politik itu menjawab keresahan rakyat. 

Pada tingkat itu ajakan perubahan revolusi itu turut diperjuangkan oleh rakyat, setiap fase zaman selalu dihadapkan perjuangan, perjuangan untuk memerdekakan manusia, memberikan keadilan dan kemakmuran. Gerakan mencabik status quo—telah lama dipelihara oleh oligark—sebagaimana keterlibatan politik masyarakat adat di Amerika Latin turut memperoleh kekuasaan pengaruh-pengaruh politik itu  dapat terjadi bilamana iklim politik menjadi dialektis rakyat dapat turut berpartisipasi memperdebatkan berbagai problematika, kata Muhammad baqir Ash-Shadr problematika kontemporer ialah suatu problematika sosial dunia modern di antaranya demokrasi kapitalisme, demokrasi sosialisme atau Islam. 

Perwujudan setiap sikap politik tentu menginginkan adanya kemerdekaan manusia, keadilan dan kesejahteraan sehingga hadirnya politik guna mencerdaskan kehidupan ummat dan bangsa. Secara etika politik demokrasi bermakna dapat merespon segala kebutuhan dan hak hidup secara egaliter.

Perspektif baru pada politik ialah memberikan suatu pengahargaan manusiawi maupun ekologis, sepanjang politik elit berkuasa, eksploitasi masif menindas manusia dan lingkungan hidup akibat penguasaan pertambangan merusak lingkungan. Keruntuhan elit politik tentu menyeleraskan politik menuju keberadaban dengan prinsip keutamaan rakyat sebagai andil kekuasaan (from the people, by the people for the people).(penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT