Home / Opini

Covid-19 dalam Pandangan Islam

Oleh Yanuardi Syukur (Pengajar Antropologi Universitas Khairun, Presiden Rumah Produktif Indonesia)
29 Agustus 2020
Yanuardi Syukur (Pengajar Antropologi Universitas Khairun, Presiden Rumah Produktif Indonesia)

Sejak mewabah 5 bulan yang lalu dari Wuhan yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, coronavirus berdampak pada berbagai sisi kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, hingga keagamaan. Rumah ibadah yang sebelumnya ramai pengunjung, kini mendadak sepi, bahkan ditutup untuk mengantisipasi agar penyebaran droplet virus tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Pro dan kontra tentu saja hadir di dalamnya karena sejauh ini tidak pernah kita punya pengalaman dalam pandemi global.

Bagaimana pandangan Islam terhadap wabah coronavirus? Pertama, virus ini merupakan makhluk Allah yang berada dalam kemauan dan ketentuan Allah. Segala makhluk yang ada di semesta raya ini merupakan ciptaan-Nya, milik-Nya, baik yang terlihat oleh mata atau yang tidak terlihat. Semua miliknya. Maka, semua ciptaan-Nya itu berada dalam kendali-Nya. 

Karena semua itu berada dalam kendali-Nya, dalam iradat-Nya, maka manusia harus bermohon pada-Nya agar wabah virus tersebut dapat diangkat yang dengan demikian kehidupan dapat berjalan seperti biasa. Keyakinan ini sangatlah penting bagi kita agar ketika mendapatkan berbagai ujian seperti virus kita memiliki keyakinan yang terang bahwa ini berasal dari-Nya, dan jika dia berkehendak, apa saja bisa terjadi—termasuk mengangkat atau membiarkan virus itu mewabah.

Keyakinan ini juga menjelaskan bahwa Tuhan pasti memiliki rencana yang terbaik bagi umat manusia. Akal manusia yang terbatas terkadang tidak bisa menangkap apa yang dimaksudkan oleh Tuhan. Maka, berserah diri pada-Nya adalah bagian penting dalam upaya untuk menghadapi virus tersebut. 

Kedua, virus ini merupakan ujian bagi personal dan komunal manusia. Secara personal, virus ini menguji imunitas manusia apakah mereka memiliki ketangguhan fisik dan psikologis atau tidak. Mereka yang punya fisik kuat dan sehat dapat melewati virus ini dengan baik, karena imunitas dalam tubuh mereka yang bisa diibaratkan sebagai tentara dapat melumpuhkan “tentara asing” yang masuk ke dalam tubuh. 

Tuhan telah menciptakan tubuh kita dengan “ahsani taqwim” (sebaik-baik penciptaan), maka tubuh ini pasti bisa melawan virus-virus asing yang kemungkinan mau mengganggu tubuh manusia. Iradat Tuhan sejak awal dengan penciptaan manusia adalah untuk menjadi “khalifah di bumi” (khalifah fil ardhi), maka Dia pun melengkapi manusia dengan segenap kemampuan, baik itu fisik, psikis, dan akal agar dapat menjadi “wakil-Nya” untuk memakmurkan bumi. 

Dalam konteks ini, kemampuan tubuh manusia merupakan bagian dari rencana Allah agar manusia dapat menjalani fungsi kekhalifahan sebaik-baiknya. Sebagai petunjuk, maka Tuhan juga memperlengkapi manusia dengan berbagai “manual” yang dijelaskan oleh para Nabi dan Rasul yang dapat membawa berbagai penerangan dan petunjuk bagi manusia. “Berpuasalah, maka kamu akan sehat,” demikian hadis Nabi Muhammad saw, shumu tashihhu, itu mengandung pesan penting bagaimana “kalau kamu ingin sehat, maka berpuasalah” karena tubuh yang berpuasa akan lebih terkendali ketimbang yang tiap hari “mesin”-nya digunakan untuk makan.

Secara komunal, virus ini juga menguji ketahanan komunitas kita. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, kita diuji apakah lebih mementingkan solidaritas sosial atau egoisme personal. Solidaritas sosial adalah seperangkat kesadaran bahwa penanggulangan virus ini harus dilawan bersama-sama dengan cara mengikuti protokol kesehatan seperti mempraktikkan “jaga jarak” (physical distancing), mencuci tangan pakai air mengalir atau “antiseptic pembersih tangan” (hand sanitizer), hingga menggunakan masker ketika keluar rumah. 

Protokol tersebut perlu dipraktikkan semaksimal mungkin agar seseorang tidak menularkan atau tertular dari orang lain. Hal ini tidak akan bisa berjalan maksimal jika tidak ada kesadaran bersama antar masyarakat bahwa ini merupakan perjuangan untuk melawan virus demi menyelamatkan nyawa manusia yang merupakan salah satu bagian penting dalam agama. 

Ketiga, kehadiran virus ini menjelaskan bahwa ilmu manusia masih terbatas, dan olehnya itu membutuhkan pengerahan sumberdaya keilmuan untuk menemukan vaksin bagi virus tersebut. Para ilmuwan perlu berusaha semaksimal mungkin untuk mencari apa formula terbaik untuk menghadapi virus ini. Sebelumnya, manusia juga sudah diserang oleh berbagai virus seperti cacar, flu burung, dan lain sebagainya, yang dapat dilawan dengan baik. Dalam konteks ini, para ilmuwan perlu mendapatkan support maksimal agar mereka dapat melakukan berbagai eksperimentasi untuk menemukan vaksin yang jika mungkin adalah berasal dari “tanah kita sendiri” alias dari tanaman lokal kita. 

Tuhan menurunkan penyakit pasti dengan penawarnya. Kita semua yakin, bahwa virus ini pasti memiliki kekuatan sekaligus kelemahan. Ilmuwan perlu menguji berbagai sampel replikasi virus itu untuk mencari dimana sisi lemah mereka yang dapat menjadi celah untuk melumpuhkannya. Secara logika, semua makhluk—sebesar atau sekecil apapun itu—memiliki sisi kuat dan sisi lemah. Kemampuan untuk menemukan dua sisi itu secara baik akan memudahkan dalam upaya untuk mencari penawarnya. 

Maka, saatnyalah para ilmuwan untuk bersatu mencarikan solusi menghadapi problem global ini. Tentu saja semua bidang dapat turut serta, karena urusan virus ini tidak hanya berdampak pada sisi kesehatan, tapi juga hingga masuk ke sendi-sendi psikologi, ketahanan ekonomi, politik, bahkan hingga persoalan pertahanan dan keamanan. Semua ilmuwan harus mengerahkan akal-akal terbaik mereka dalam upaya untuk berkontribusi melawan virus tersebut. Kontribusi itu dapat disebarkan secara akademik dalam jurnal ilmiah atau dalam berbagai publikasi umum agar dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan masyarakat secara luas. 

Keempat, virus ini menguji seberapa kuat pelayanan pemerintah kepada rakyatnya di masa krisis. Pelayanan dalam keadaan normal itu biasa, akan tetapi dalam keadaan krisis seperti sekarang sangatlah luar biasa. Bisa melayani dengan baik kepada masyarakat luas itu merupakan tugas mulia dari pemerintah. Pemerintah pusat telah mengalokasikan sekitar 400 T untuk menanggulangi virus ini, namun apakah duit gede itu telah tersalurkan pada mereka yang berhak dalam tempo yang sesingkat-singkatnya? 

Alas hukum pun telah dibuat agar distribusi sumberdaya keuangan itu dapat segera turun terutama kepada mereka yang terdampak yang sangat berat. Sudah pasti semua orang terdampak, akan tetapi ada di antara saudara kita yang dampaknya teramat sangat seperti tidak bisa membeli kebutuhan pokok. Maka, kepada mereka harus segera dicairkan bantuan-bantuan tersebut. Ini merupakan amanat yang harus dijaga betul oleh pemerintah sebagai orang yang dipercaya dalam posisi tersebut. Di masa normal mereka harus bekerja, dan di masa krisis mereka juga harus tetap bekerja. 

Pelayanan sosial tersebut adalah bagian dari tugas mulia para pemimpin dan pejabat pemerintahan. Mereka bisa jadi juga kesulitan akan tetapi mereka mau tak mau harus mengabdi kepada orang banyak. Maka, supporting dari masyarakat luas kepada para pejabat terbaik—dari semua levelnya—sangat perlu. Kadang, kita suka mengirimkan kesalahan kepada mereka, padahal mereka juga telah berusaha. Tapi jika usaha mereka masih kurang, maka mereka juga harus mendengarkan suara dari bawah dan jangan mudah panas telinga ketika mendengar kritikan. Biasa saja. Jika ada yang baik, ambil. Jika ada yang tidak baik, tinggalkan. Orientasi pada pengabdian itu harus terus dilakukan, namun tetap pertimbangan masukan bahkan kritikan yang ada. 

Kita berharap semoga virus ini dapat segera diangkat oleh Allah swt. Dia yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia yang menciptakan semesta yang luas ini hingga bola dunia yang bulat ini juga berada dalam kuasa-Nya. Semua makhluk yang ada tidak lepas dari pengawasan dan kemahakuasaan-Nya. Maka, mempraktikkan protokol kesehatan sangatlah penting sebagai ikhtiar agar terhindar dari virus sekaligus dibarengi dengan doa sebagai tanda bahwa kami manusia yang lemah membutuhkan pertolongan dari Dzat yang Maha Kuat yang menguasai segala makhluk di atas muka bumi. Hanya kepada-Nya saja kita berserah. Semoga wabah ini segera berakhir.* (penulis)


Reporter: Penulis

BERITA TERKAIT